Cinta, Pernikahan dan Kehilangan Jati Diri
Written by Lowongan Kerja on 17.36oleh Emira Oktocherri on yahoo group detikhot
Dasar penikahan adalah cinta. Dua orang saling mencintai dan mereka memutuskan untuk menikah. Dan pertanyaannya sekarang, cinta itu apa dan bagaimana?
Setiap orang memimpikan tentang pernikahan. Sadar atau tidak sadar, kita sudah memiliki konsep itu dalam pikiran bahkan sejak saat kita masih anak-anak. Coba diingat-ingat, dongeng aja tentang putri dan pangeran yang berakhir dengan pernikahan. Dan tolong dicatat, dongeng itu penting, jangan lantaran karena terlalu realistis trus jadi antipati dengan dongeng. Dengan dongeng, kita bisa melarikan diri dan ada juga yang mencari inspirasi dari dongeng dari/dan untuk dunia nyata yang nyatanya memang terlalu complicated alias kejam.
Banyakan dongeng hadir dengan slogan Happily ever after. Gimana kalau seandainya Happily Never after? Apa yang kamu pikirkan dan apa efeknya?
Topik ini sebenarnya sering dibahas. Tapi, banyak sekali orang, wanita pada umumnya terjebak sendiri dengan pernikahan.
Baru-baru ini, teman kantorku yang baru saja menikah dan saat itu aku hanya iseng menanyakan pertanyaan yang umum ditanyakan untuk pengantin baru, newlywed (bahasa kerennya). Dan dia (temanku ini) dengan antengnya menjawab bahwa dia bahagia (lha iya lah.. baru juga married sudah jawabnya nga’ bahagia.. waa, apa kata dunia??) tapi, ada satu pernyataan dia yang terus membuatku bertanya-tanya, masih sampai saat ini.
Intinya, dia menyatakan bahwa dia masih perlu menyesuaikan dengan kebiasaan dan kesenangan suami. Bahkan setelah aku konfrontasikan ke dia, dia tetap menyalahkandirinya yang belajarnya terlalu lama untuk menyesuaikan diri. OMG!! Rasanya pengen banget aku keplak kepalanya dengan berkas-berkas yang baru saja aku fotocopy (sudah sempat kugulung loh berkasnya) dan teriakin ke dia, Sadar ooiiii.. kenapa loe nyalahin diri sendiri? How bout your husband? Kemana identitas diri lo?(okay, identitas disini bukannya KTP ya, emangnya petugas sensus, pake nanyain KTP segala)
Dan dua-duanya tidak aku lakonin, kalau sampai kejadian, kayaknya aku bisa difotocopy sama dia trus copy-annya disobek-sobek. Cukup imajinasinya yach.. Ally Mcbeal dikembalikan ke alamnya.
-kutipan dari Lies at the Altar, dr. Robin L. Smith (psikolog yang sering tampil di Oprah Winfrey Show)
Orang ingin mengedepankan wajah terbaik ketika mereka berkencan, tetapi Anda perlu bisa saling melihat diri dibalik tampilan luar.
Tanyakan pada diri sendiri:
Apakah kamu suka dengan apa yang kamu lihat didalam daripada apa yang kamu lihat diluar?
Buat mereka yang tertarik dan mencintai pasangannya secara fisikdari apa yang terlihat saja, apa yang akan terjadi saat semuanya itu hilang?
Dan ini khususnya untuk para pria ya.
Sorry to say, tapi kebanyakan cinta cowok itu bersyarat. Awas lo kalau gendut, gue ceraiinWaa, ini yang nga benar nih.. kebangetan kan. Dan banyak bantahan dari kaum adam dan hawa juga.
nga lah, nga segitunya kale..
Oya? Masa?
Trus, buat apa ibu-ibu di gym sampai dengan yang di slimming clinic berlomba-lomba menyiksa diri untuk tubuh yang ideal?
Well, segala atribut yang dikenakan oleh kaum hawa tak lepas dari tujuannya yang sedikit banyak untuk kelihatan menarik bagi lawan jenisnya dan sesama jenisnya untuk kalangan tertentu dan tujuan tertentu.
Ya, emang tidak bisa dipungkiri bahwa apa yang terlihat diluar lebih menarik. Don’t judge the book by the cover but don’t blame the book because the cover. Semuanya kembali lagi ke pribadi masing-masing. Banyak juga buku yang sampulnya bagus tapi kehilangan intinya, istilahnya isi bukunya kebanting ma sampulnya. Tapi ada juga yg sampul dan isinya sama bagusnya, ini adalah perpaduan yang mematikan “ perfecto-.
Dan hubungannya dengan hubungan cinta dan pernikahan? Well, banyak orang yang salah persepsi tentang pernikahan.
Pernikahan adalah tiket otomatis untuk martabat diri?
Kenapa? Karena takut diomongin tetangga atau karena desakan orang tua?
Pacaran lama-lama, kawin sono. Ntar hamil lagi.
Eh, tuh tetangga kita, muda, mapan tapi nga’ married2. Jangan-jangan doyan sejenisnya kali ya.
Wuiiihhh.. banyak banget ya kalau mau dijabarin. Intinya, apa kita menikah karena tuntutan?
Ok, buat yang jawab nga
Thanks God kalau ternyata pernikahan itu masih bisa membuat kita merasa utuh sebelum dan setelah kita bersatu. Itu yang dicari.
Seharusnya pernikahan membawa kita menjadi lebih bahagia dan hidup lebih baik. Buat apa suatu pernikahan yang membawa kita ke suatu penurunan standard hidup? Dengan kata lain mendingan aku sendiri.
Tapi, banyak kasus (umumnya kaum hawa) dimana mereka terjebak sendiri dengan situasi dimana mereka dituntut untuk segera berumah tangga sebelum di-cap perawan tua alias nga’ laku. Mereka umumnya tidak merasakan ada yang salah dengan identitas mereka setelah berumah tangga.
Pertanyaan untuk diri sendiri : Apakah saya bahagia dengan apa yang saya jalanin sekarang?
Buat yang merasa tidak. Eits!! Jangan lantaran minta cerai atau putus ya. Omongin saja semuanya sama pasangan anda. Ini cara dua orang dewasa menyelesaikan masalah. Buat yang masih jomblo aje.. so what? As long as you are happy, why nut? Maksudnya kenapa mesti gila dengan omongan orang. Toh, ga semua pernikahan berakhir dengan bahagia.
Yep, ga bisa dipungkiri kalau tuntutan budaya kita memang kadang2 terlalu menyebalkan. Semua harus menikah.. Nah, tantangannya disitu. Buat yang masih betah jomblo karena belum ketemu dengan soul mate or the right one, just keep searching. Jadi "beda" kan nga salah toh.